Kesiapan yang (Tidak) Siap

Published 29 Mei 2017 by Febrianti Ambar N

Kemarin sore, ketika saya harus meng-ACC laporan-laporan praktikan yang sebenarnya saya masih harus menunggu beberapa di antara mereka yang masih menulis. Ya, laporan praktikum jurusan saya masih harus tulis tangan, meskipun beberapa sub bab sudah diketik. Tapi, yah tetap saja banyak yang harus ditulis. 

Saya melihat gurat lelah di wajah para adik tingkat yang sore itu cukup banyak yang berkumpul di salah satu lantai yang menjadi saksi bisu saya menunggu dosen. Kebanyakan dari mereka mengeluh sambil bercanda. Ada yang bercerita tidak tidur sama sekali karena harus menggarap laporan yang harus segera selesai. Ada yang mengeluh tangannya sudah sakit sehingga meminta izin untuk istirahat tidak menulis selama beberapa menit. Dan banyak cerita lainnya yang membuat saya tertawa, tepatnya kami tertawa bersama. Atau karena font style tulisan mereka yang berubah tipe karena ditulis dalam keadaan mengantuk. 

Dari delapan praktikan yang harus saya pegang, masih ada dua orang yang masih belum selesai. Satu orang izin untuk masuk kelas karena harus kuliah sampai pukul 17.00 WIB, sementara satunya lagi berkata bahwa ia masih kurang cukup banyak dan dalam keadaan tidak fit, sebut saja dia Melati. Melati mendekat ke sisi kiri saya sambil menyandarkan dirinya ke dinding.

Mbak dulu mondok ya?”. Saya antara terkejut dan tidak, mendengar pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulutnya. Saya cukup biasa menghadapi pertanyaan semacam ini. Saya tersenyum.

“Engga dek. Kenapa?” 

“Kok mba syar’i?

Saya sedikit tertawa.

“Pengen aja dek.”. Jawab saya sekenanya.

“Mbak doain aku ya biar bisa syar’i.”. Pinta Melati sambil masih menulis.

“Aamiin.” 

Bukan pertama kali saya bertemu dengan orang seperti Melati yang minta didoakan dan bertanya sebelumnya tentang hal ini. Bahkan saya pernah menuliskan sedikit masalah semacam ini yang sepertinya banyak dibahas di akun-akun dakwah. Pun teman-teman saya banyak yang bercerita tentang niat untuk menyempurnakan menutup aurat.

Saya sendiri masih belum sempurna, masih banyak kesalahan yang harus diperbaiki. Masih banyak sekali PR yang harus saya kerjakan. Tapi, di sisi lain saya juga ingin menguatkan mereka yang ingin segera menyempurnakan, meskipun di hadang banyak ketakutan. Ya, ketakutan yang sejatinya klasik. Selalu itu-itu saja yang menjadi alasan. Belum siap jika harus mendapat komentar-komentar dari orang, belum siap karena merasa akhlak masih sangat jauh dari kata baik atau seseorang pernah berkata masih belum siap jika harus putus dengan pacarnya. 

Saya paham sekali rasanya, beberapa alasan memang pernah saya alami sendiri. Ketakutan yang pernah saya hadapi, tapi saya memilih untuk berani. Berani untuk menyegerakan karena saya pikir tidak akan bisa berproses jika kita tidak memulai. Saya memang pernah sempat menunda, pun karena alasan masih belum siap dengan pakaian atau kerudung yang harus lebih baik dari sebelumnya. Alhamdulillah, Allah mudahkan, Allah beri jalan. Maka, nasihat yang bisa saya berikan pada mereka tanpa harus merasa saya lebih baik dari mereka adalah segera dilaksanakan, meski bertahap. Yang terpenting selalu ada perubahan walau sedikit, perlahan-lahan menuju diri yang lebih baik dari sebelumnya.

Dear, kamu yang ingin segera menyempurnakan, yang sudah sangat ingin berkerudung lebih lebar. Allah tidak mungkin diam, Allah tidak mungkin tidak tahu niatmu, Allah tidak mungkin membiarkanmu. Maka, jangan menunggu atau menunda lagi. Sebab kesiapan itu tidak perlu ditunggu datangnya, tapi kita sendirilah yang harus menghidupkannya. Sebab kesiapan itu sejatinya ada karena kita yang mampu untuk terus percaya juga berbaik sangka padaNya. Percaya bahwa selalu ada Dia, selalu ada tangan-tanganNya yang merengkuh segala ketakutan yang kita punya.  

Saya tidak bisa memaksa yang lain untuk segera melakukan, tapi saya hanya bisa mengingatkan. Sebab saya pun masih dan selalu butuh teman untuk sama-sama belajar. Semoga itu kamu, saudari muslimahku. Dan tulisan ini sebenarnya juga untuk mengingatkan diri saya, bahwa kesiapan harus selalu ditumbuhkan. 

Mari membaik bersama 🙂

Malang, 30 Mei 2017 (4 Ramadhan 1438 H)

Tinggalkan komentar